fbpx
Dengan bangga kami umumkan TOKKO kini jadi LummoSHOP

Inflasi 2022 dan Kenaikan Suku Bunga Acuan

Inflasi

Angka inflasi yang tinggi di Amerika Serikat pada 2022 membuat Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menempuh kebijakan moneter yang agresif dalam beberapa bulan terakhir. Sementara di Indonesia, angka inflasi yang tinggi pada April 2022 juga bisa membuat Bank Indonesia menerapkan kebijakan yang sama.

Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, semakin agresif dalam menerapkan kebijakan moneternya. The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan jangka pendeknya sebesar 50 bps (0,50%) pada hari Rabu (6/5) yang merupakan kenaikan terbesar sejak tahun 2000.

Kebijakan tersebut diambil untuk meredam laju inflasi yang telah mencapai rekor tertingginya dalam empat puluh tahun terakhir. Langkah the Fed diprediksi juga akan menekan bank-bank sentral lainnya untuk menempuh kebijakan serupa, termasuk Indonesia. Tingginya inflasi Indonesia pada kuartal pertama 2022 memperkuat prediksi ini.

Mulai Jualan Online dengan LummoSHOP!

Dengan website toko online yang lengkap dan praktis, tidak ada lagi penghalang untuk optimalkan peluang pertumbuhan bisnismu.

Mulai SekarangUnduh LummoSHOP

Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik pada Senin (9/5) tingkat inflasi Januari – April 2022 sebesar 2,15% sementara tingkat inflasi secara tahunan (yoy) pada April 2021- April 2022 sebesar 3,47%. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2019.

Inflasi yang Semakin Tinggi

Angka inflasi tahunan di AS terus meningkat hingga mencapai 8,5% pada Maret 2022 dan sedikit turun menjadi 8,3% pada April 2022. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 1981. Sejumlah komponen mendorong tingginya inflasi di AS April lalu ini, terutama sektor energi yang naik 30,3% (sedangkan pada Maret kenaikan mencapai 32%).

Selain itu, harga makanan juga mengalami kenaikan pada April 2022 sebesar 9,4%%, juga tertinggi sejak April 1981. Kenaikan harga juga terjadi pada perumahan dan kendaraan baru, masing-masing naik 5,1% dan 13,2%.

Inflasi
Grafik inflasi Amerika Serikat (TradingEconomics.com)

Perang antara Rusia dan Ukraina ikut memperparah kondisi inflasi, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia. Alasannya, Rusia merupakan negara eksportir utama sejumlah komoditas dunia seperti batubara, nikel, minyak, dan gas. Sementara Ukraina merupakan produsen minyak bunga matahari terbesar dunia.

Perang antara Rusia dan Ukraina membuat pasokan komoditas-komoditas di atas berkurang drastis. Hal ini menyebabkan harga-harga komoditas di sektor energi, juga untuk minyak nabati mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Karena kondisi tersebut, Federal Reserve mengambil kebijakan moneter yang lebih agresif dengan menaikkan suku bunga tertinggi setidaknya dalam dua puluh tahun terakhir. Ini menjadi langkah melawan laju inflasi yang tinggi. The Fed menaikkan suku bunganya sebanyak setengah persen atau 50 bps, sebagai lanjutan dari peningkatan sebelumnya pada Maret lalu sebesar 25 bps.

“Inflasi sudah terlalu tinggi, kami memahami akibat yang ditimbulkan, dan kami bergerak cepat untuk menurunkannya,” kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Selain itu, Powell mengindikasikan adanya dua kali kenaikan tambahan. Yaitu, masing-masing sebesar 50 bps pada pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) selanjutnya pada Juni dan Juli.

Mengapa Suku Bunga Perlu Dinaikkan ketika Inflasi?

cara jitu keuangan surplus 03

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Inflasi merupakan hasil dari ekonomi yang sehat dan kuat. Kendati demikian, tanpa kontrol, inflasi dapat menyebabkan hilangnya kemampuan beli dari konsumen secara signifikan.

Untuk membuat inflasi tetap terkontrol, the Fed melihat indikator inflasi seperti Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI). Ketika kedua indikator tersebut mulai naik lebih dari 2 – 3% dalam setahun, the Fed biasanya akan menaikan suku bunga acuannya untuk menjaga kenaikkan harga tetap terkontrol. Suku bunga acuan ini mempengaruhi suku bunga yang bank terapkan seperti kredit kepemilikan rumah, kredit usaha, kredit kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Karena semakin tingginya suku bunga sama artinya dengan semakin tinggi biaya utang atau pinjaman (borrowing cost), orang-orang akan semakin sedikit berbelanja. Permintaan terhadap barang dan jasa kemudian akan mulai turun, dan berimplikasi kepada harga barang dan jasa yang ikut turun. Hal ini akan membuat inflasi menurun.

Potensi Resesi Ekonomi

Kenaikan suku bunga acuan memiliki sisi positif dan negatifnya. Selain bisa berefek pada turunnya angka inflasi, namun kenaikkan suku bunga juga bisa menyebabkan resesi ekonomi. Selain menurunkan kemampuan beli oleh konsumen karena biaya yang tinggi, bank juga biasanya mencatatkan kredit yang lebih rendah.

Para produsen juga melakukan penurunan tingkat belanja, karena biaya utang yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas dan penurunan jumlah karyawan. Pada akhirnya hal ini akan membuat ekonomi menjadi lebih lambat.

Salah satu contohnya terjadi pada 1980 – 1981 ketika inflasi AS mencapai 14% dan the Fed menaikkan suku bunga acuannya menjadi 19%. Hal ini menyebabkan resesi yang cukup parah, tetapi di sisi lain, hal itu berhasil mengakhiri laju inflasi yang terjadi pada negara tersebut.

Ancaman terjadinya resesi memang menjadi salah satu yang dikhawatirkan. Pada kuartal pertama 2022, ekonomi Amerika Serikat terkontraksi dengan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) turun sebesar -1,4%. Resesi benar-benar terjadi jika penurunan tersebut berlanjut pada kuartal berikutnya.

Di sisi lain, penurunan suku bunga juga bisa membuat resesi berakhir. Ketika the Fed menurunkan suku bunga acuannya, maka biaya pinjaman bisa menjadi lebih murah, dan orang-orang mulai meningkatkan belanjanya kembali.

Tren Menaikkan Suku Bunga

Langkah Federal Reserve dalam menempuh kebijakan suku bunga yang lebih agresif juga mendorong negara lain untuk melakukan kebijakan yang serupa. Penyebab hal ini adalah bahwa inflasi saat tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Inflasi di Indonesia pada April 2022 mencapai 3,47%. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan April tahun lalu, tertinggi sejak Agustus 2019 yang saat itu mencapai 3,49%. Sementara itu, inflasi pada kuartal pertama 2022 mencapai 2,15%. Adapun penyumbang inflasi utama pada April ini berasal dari komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, serta ikan segar.

Inflasi

Selain itu, menaikkan suku bunga biasanya juga meningkatkan nilai mata uang negara terkait. Semakin tinggi suku bunga acuan yang diterapkan di sebuah negara, maka akan memiliki potensi lebih besar untuk menarik investasi dari luar negeri. Permintaan dan nilai mata uang negara tersebut pun akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah suku bunga acuan sebuah negara cenderung membuat mata uang negara tersebut menjadi tidak atraktif bagi investasi asing. Belum lagi nilai tukar mata uang negara tersebut akan menurun.

Sejauh ini, Indonesia memang masih mempertahankan suku bunga acuannya. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18 dan 19 April 2022 lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,50 persen.

Namun, kondisi tersebut bisa saja berubah. Bank Indonesia disebut siap menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) jika inflasi tinggi terus terjadi. BI juga memastikan mereka akan terus memonitor inflasi untuk memastikan bahwa mereka akan memberikan respon kebijakan yang tepat.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan respon kebijakan BI akan sangat bergantung pada penyebab inflasi. Bank sentral akan juga melakukan sejumlah upaya untuk meredam inflasi. Termasuk, dengan memperkuat kerja sama dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah.

Mulai Jualan Online dengan LummoSHOP!

Dengan website toko online yang lengkap dan praktis, tidak ada lagi penghalang untuk optimalkan peluang pertumbuhan bisnismu.

Mulai SekarangUnduh LummoSHOP
Published by Gustia Martha Putri

Senior Content Writer at LummoSHOP